
Pakaian yang dulu biasa dikenakan oleh petani, buruh pabrik, dan pekerja tambang di Amerika Serikat dan Inggris kini sedang menjadi tren fesyen. Apakah ini bentuk penghargaan terhadap simbol akar atau pergeseran makna dari akarnya?
Pakaian separo yang sering dikenakan oleh buruh tambang dan nelayan, kini mulai populer di kalangan pecinta fashion.
Jaket kelas pekerja sekarang mendominasi dunia mode dan dianggap sebagai “baju keren” di kalangan anak muda.
Dulu jaket berbahan tebal dan tahan segala medan ini merupakan busana berguna, tapi kini berubah jadi “seragam” para anak muda dan pekerja mode.
Memiliki hubungan sejarah dengan politik dan budaya.
Fungsional sekaligus modis
Musim gugur menjadi waktu utama kemunculan jaket petani alias seragam petani yang tradisional dan elegan.
Para selebritas seperti Hailey Bieber, Dua Lipa, dan Alexa Chung sering terlihat mengenakannya dalam beberapa kesempatan.
.
Beragam warna, dari pirus cerah, merah marun, hingga kuning, jaket petani dapat dikenali dari sederhana dan fungsionalnya.
Seperti yang namanya, jaket ini dilengkapi dengan kantong yang besar.
Desain tersebut mempermudah aktivitas para petani di lapangan, selain itu juga membuat mereka tetap hangat dengan sifatnya yang tebal.
Teks yang dimaksud tidak disediakan.
Dapatkan berita terbaru, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
“Gaya ini sangat berguna yang ditawarkan busana ini, yang sebenarnya lucu, karena ini memang baju kerja, dibuat untuk bekerja di luar ruangan, karena itu rancangannya sangat fungsional,” Albert Muzquiz kepada BBC.
“Tapi, ada jiwa dan kehangatan yang terpancar,” kata Muzquiz
Mutzcelik adalah sejarawan mode dan pemengaruhi media sosial.
Video dan video TikTok-nya tentang tren jaket pekerja telah ditonton lebih dari 75.000 kali.
Pakaian kerja yang berasal dari Amerika Serikat seperti Carhartt, Dickies, serta Levi Strauss.
.
Meskipun termasuk dalam lingkaran “jaket petani”, desain dari merek-merek itu sering dikenakan oleh selebritas dan ikon gaya, terutama untuk membuat pakaian formal terlihat lebih santai, atau untuk terlihat lebih santai saat melakukan aktivitas di luar rumah.
Tapi, apa yang menyebabkan jaket pekerja ini begitu populer saat ini?
“Sekarang ini, melakukan sesuatu menginginkan arti yang lebih mendalam dan bermakna.” kata Muzquiz.
Jaket pekerja dengan desain sederhananya, menurut Muzquiz, memiliki makna itu.
Selain itu, potongannya sesuai untuk semua orang, baik tua maupun muda, perempuan maupun laki-laki.
“Semua bisa memakainya,” papar Muzquiz.
Saya juga suka dengan pakaian ini, karena mengenai asal-usulnya yang kaya dan sangatlah mudah didapatkan.
“Contohnya, di Amerika Serikat, pakaian ini adalah legenda yang terus berlanjut, meskipun kemudian berubah seiring waktu,” katanya.
Dulu, Muzquiz menjelaskan, jaket pekerja dibuat sesuai dengan fungsinya, menggunakan bahan yang sangat tebal dan kuat, sehingga tidak mudah sobek dan sdg tahan lama.
Akan tetapi, kini jaket tersebut dibuat secara massal sehingga martabatnya menurun, walaupun bentuknya dipertahankan.
“Tapi, jika Anda beruntung, Anda masih bisa mendapatkan jaket pekerja asli [di pasar loak], yang merupakan bagian dari sejarah, yang bisa Anda pakai kapan pun dan bertahan sangat lama,” katanya Muzquiz.
Tak lekang zaman
atau “mantel kerja”.
Jaket ini mudah dikenali karena sifat dan warnanya, biru denim.
Seorang perancang dan ahli sejarah mode.
“Dengan mengenakan baju harian yang mewah tidak semua orang bisa, maka mengenakan mantel yang tebal dan kuat bisa melindungi pakaian dari kotoran dan berbagai hal saat bekerja, dan cara berpikir seperti itu kembali lagi,” paparkan Mohsin.
“Seragam” para pekerja ini sangat mudah digunakan, berupa jaket berkerah dengan kancing di depan yang dilengkapi tas besar.
(1967).
Kasusnya itu punyai saku besar yang bermanfaat untuk menyimpan alat-alat tukang.
Dari Perancis, jaket ini kemudian mencapai Amerika Serikat, dibawa oleh para buruh, terutama pekerja rel kereta api, dan menyebar ke kalangan pekerja tambang.
Pertama kali, korps pelaut berganti pakaian seragam biru gelap, warna biru tersebut kemudian menjadi simbol para pekerja kasar dan istilah “pekerja kerah biru” mulai berkembang.
Sekarang ini, istilah buruh dan penggunaan jaket pekerja menjalar ke para pekerja kantoran, apakah berarti kita mengingkari sejarah para pekerja kerah biru? Atau apakah jaket kelas pekerja ini sekarang secara resmi diadopsi oleh kelas menengah?
“Begitu pakaian tersebut dipisahkan dari konteks aslinya, menjadi mode,” kata Doris Domoszlai-Lantner, profesor di Fashion Institute of Technology, kepada BBC.
Pakaian itu lalu merger ke dalam siklus mode dan itu bergantung pada opini publik.
“Itu yang terjadi dengan tren jaket pekerja saat ini, yang awalnya diciptakan secara fungsi untuk pekerja kasar, dengan kantong dan kait yang diposisikan secara strategis,” kata Domoszlai-Lantner
Beberapa versi modis kontemporer tidak menyertakan fitur yang menjadi ciri khas jaket ini dalam konteks aslinya.
Tapi, menurut Domoszlai-Lantner, ini bukan kali pertama pakaian kerja menjadi tren mode.
Lihatlah tahun 1970-an hingga 1980-an, ketika pakaian kerja menjadi bagian dari penolakan gaya fashion yang dipakai oleh kaum punk, kemudian menjadi gaya populer.
Sprei bermaterial jacket tidak nyaman, tetapi memiliki signifikansi istimewa dan keefektifan tertentu yang menarik bagi mereka yang melihat dan menggunakannya.
atau jaket para pekerja tambang justru menjadi simbol kekuatan keluarga.
Menggunakan jaket ini dalam film tersebut.
Terbit baru-baru ini pada tahun ini.
Hingga saat ini, toko-toko dan butik mewah masih terus menjual jaket pekerja tambang ini.
.
“Istilah sepuluh tahun silam, pakaian kerja pada tahun 1880an akan terbangun kembali dari kuburnya ketika mereka tahu berapa mahalnya jersep dijual sekarang,” kata Mohsin sambil tertawa.
Tapi, menurut Murquiz, konsep bahwa pakaian ini lebih mahal dari versi aslinya, tidak benar.
“Dalam pernyataan mode apa pun, ada orang yang mengenakannya dengan cara yang sangat mudah, dan ada orang yang berdandan berlebihan,” katanya.
Kini, kita sudah semakin terbiasa dengan barang-barang yang relatif murah harganya, namun ketika kita membeli pakaian seragam pertama kali, harganya sering kali sangat tinggi.
“Membeli celana jins Levi’s untuk seorang penambang di masa awal terasa sama dengan menghabiskan uang gaji satu atau dua bulan,” kata Murquiz dengan jelas.
Aslinya, jaket pekerja tambang ini terbuat dari kain wol Melton, dan biasanya berwarna hitam atau abu-abu tua, dengan kerah yang keras dan tidak memiliki lubang udara di bagian belakang—sempurna melindungi tubei dari cuaca yang dingin, panas, dan kondisi alam yang keras.
Bantalan kulit di bagian bahu melindungi wol dari rusak, karena pekerja-pekerja sering membawa barang-barang berat di atas punggung mereka.
Meskipun dikaitkan dengan pakaian tambang di Wales, jaket ini sebenarnya berasal dari Inggris.
Pedagang kain Inggris George Key dari Staffordshire, mendesainnya untuk para pekerja kapal yang membangun terusan dekat Manchester.
Mereka bekerja menggunakan mesin uap yang disebut “mesin keledai”, dari sini saja asal nama jaket.
Mesin derek bertenaga uap merupakan mesin derek yang meluas digunakan dalam banyak industri seperti pertambangan, penebangan kayu, hingga perkapalan.
, mengatakan kepada BBC: “Jilbab buruh kapal memainkan peran penting dalam sejarah kelas pekerja Inggris, dan menurut saya itu adalah pakaian yang menyampaikan banyak berita tanpa membicarakan apa.”
Menurut Whitaker, awalnya jaket yang ia rancang tersebut dibuat untuk para buruh kapal yang membutuhkan sesuatu yang kuat, hangat, praktis dan murah.
Selama gangguan kerja para pekerja pertambangan pada tahun 1970-an dan 80-an, jaket itu menjadi simbol ikonik persatuan dan keberanian.
Menggunakannya, dengan sasaran menunjukkan solidaritas dengan semangat kelas pekerja.
“Jaket itu kasar, mentah, dan sangat sesuai untuk gaya mereka,” kata Whitaker.
Kini, dengan merek-merek fesyen kelas atas seperti Drake’s menjualnya dengan harga ratusan, bahkan ribuan poundsterling, kata dia.
“Di satu sisi, Anda bisa mengatakan itu sebagai perampasan kelas, mengambil pakaian yang yang keluar dari kebutuhan dan mengubahnya menjadi barang mewah,” kata Whitaker.
Meskipun demikian, dia berpikir ada nilai tambah yang didapatkan dengan memasukkan pakaian pekerja ke dalam mode mainstream.
Ini dapat menjaga sejarah tetap terawat dengan cara yang segar, dan bila dilakukan dengan tepat, ini merupakan penghormatan kepada masa lalu, menghormati keberanian dan ketahanan yang dimunculkan pakaian tersebut.
Jaket para pekerja kapal dan buruh tambang ini tidak hanya jaket hangat dan praktis untuk bekerja di kapal dan tambang, tetapi juga merupakan syimbol kesuksesan pribadinya.
Pengguna Reddit CrocodileJock memberi tahu BBC: “Yang unik tentang jaket itu adalah Anda tidak bisa membelinya di mana pun.”
Jaketa itu hanya dikeluarkan oleh lembaga pengurus dan lembaga untuk para pekerja, jadi Anda mendapatkannya karena Anda telah bekerja keras, atau punya teman yang punya jaketa tersebut.
.
Jaket ini masih merupakan simbol visual yang kuat dari masa yang penuh gejolak dalam sejarah Inggris.
“Saya percaya bahwa pakaian kerja bukan hanya sekedar trend,” kata Muzquiz.
“Saya pikir baju kerja adalah sesuatu yang selalu, dan akan selalu, menjadi bagian penting dari lemari baju orang-orang,” ujarnya.
Di satu sisi, internet telah mendemokratisasi mode, sehingga kita lebih mudah untuk mengakses tren dan gaya, tetapi di sisi lain, hal itu menghasilkan rasa jenuh dengan kecepatan mode yang berganti begitu cepat.
dan mencari gaya klasik yang tahan lama, nyaman digunakan, tidak berubah dengan waktu, serta melampaui tren yang cepat lewat.
Saya tidak temukan teks tersebut. Tolong masukkan teks yang ingin Anda paragrafkan dalam Bahasa Inggris.
Asal-usul Portable Tucker ‘jaket biru kelas pekerja’ – dan baju kerja klasik –
“Bisa periksa di halaman
BBC Culture.